Three Things That Must Be Concerned on Social Media

Assalamualaikum...

Sore semuanya. Tulisan kali ini akan membahas media sosial. Ya, sebuah media yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan banyak orang secara maya.

Dewasa ini, banyak orang yang sudah mengenal dan menggunakan media sosial. Tak jarang, ada orang yang menggunakan lebih dari dua media sosial. Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya memang telah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang saat ini. Namun, kita harus menyadari bahwa media sosial adalah bagian dari dunia maya. Dunia maya tentu sangat bertolak belakang dengan dunia nyata. Banyak hal yang dapat kita peroleh akibat hubungan di dunia nyata harus diabaikan saat berhubungan di dunia maya. Parahnya, ada banyak hal lain yang diperoleh sebagai akibat hubungan di dunia maya yang tidak kita sadari telah memengaruhi cara pandang kita di dunia nyata.

Dalam tulisan ini, saya hanya akan menyampaikan tiga hal yang harus diperhatikan pada saat atau sebagai akibat berhubungan di media sosial, yaitu:


1. Sifat media sosial yang "memaksa" satu arah

Kebanyakan media sosial "memaksa" kita untuk berhubungan dengan orang lain secara searah. Misal, di Instagram, orang mengunggah foto-foto yang nantinya akan dikomentari banyak orang. Tidak ada jaminan bahwa orang yang mengunggah foto-foto tersebut akan balik berkomentar. Ini dapat membuat orang-orang tidak mendapatkan sesuatu yang berguna dari media sosial. Lebih-lebih ketika si pengunggah foto bersikap cuek atas komentar-komentar dari orang lain tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kesadaran dari semua pengguna media sosial untuk dapat menahan diri. Sebelum mengunggah foto atau menulis status, pastikan bahwa diri kita siap untuk dikomentari oleh orang lain. Banyak kejadian putusnya hubungan pertemanan yang sudah lama terjalin hanya karena seseorang yang tidak suka dikomentari oleh temannya. Kalau kita tidak siap, silakan unggah foto atau tulis status yang dipastikan tidak menyinggung orang lain. Ketidaksadaran akan hal seperti ini membuat banyak orang cenderung bersikap seenaknya di media sosial.

Media sosial sejatinya diniatkan sebagai media komunikasi dua arah. Namun, kini banyak orang yang menggunakannya dengan tidak mementingkan kesejatian tersebut. Ketika banyak komentar yang berdatangan pada mereka, baik ataupun buruk, logis ataupun tidak logis, orang-orang tersebut tidak mementingkannya. Padahal, komentar-komentar tersebut dapat kita saring dengan menggunakan akal. Kita diberi akal oleh Allah SWT yang banyak gunanya, salah satunya menilai kelogisan komentar orang. Dengan akal, harusnya kita tidak perlu merasa risau dan risih terhadap berbagai macam komentar orang. Pada akhirnya, kita tidak perlu menjadikan media sosial sebagai media searah dan menggunakannya senyata mungkin sebagaimana hubungan kita di dunia nyata.


2. Kebebasan berekspresi yang dapat berlebihan

Banyak orang yang menggaungkan kebebasan berekspresi di media sosial saat ini. Menurut mereka, mereka dapat menampilkan diri mereka dan berpendapat sebebas mungkin di media sosial. Mereka tidak menyadari bahwa penampilan dan pendapat mereka yang dilandasi kebebasan tersebut dapat menjadi berlebihan dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ya, norma-norma yang diajarkan pada kita saat kecil seolah-olah hilang entah ke mana saat ini. Sayangnya, banyak yang tidak menyadarinya dengan alasan kebebasan berekspresi.

Kita tahu bahwa media sosial dapat menjadi suatu media untuk menyalurkan ekspresi yang tidak bisa kita salurkan di media konvensional, seperti televisi, radio, atau surat kabar. Namun, alangkah baiknya apabila ekspresi yang disalurkan tersebut dibarengi dengan sesuatu yang mendidik. Baru-baru ini, ada suatu video di YouTube yang menyatakan bahwa YouTube lebih baik dari televisi. Hanya saja, video tersebut tidak menyampaikannya dengan kata-kata yang baik dan pantas. Tidak ada kesan dan pesan mendidik yang dapat diperoleh dari video seperti itu. Sebaiknya, para pembuat konten di YouTube dan seluruh pengguna media sosial dapat menggunakan segala macam media sosial yang ada untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan, setidaknya pesan-pesan yang tidak menyinggung perasaan orang lain dan tidak mengajak orang lain pada keburukan.

Kita juga harus ingat bahwa kebebasan berekspresi yang berlebihan di media sosial (dunia maya) dapat menjadi preseden buruk bagi kita di dunia nyata. Orang dapat menilai kita sebagai sosok yang sulit diatur, keras kepala, dan egois. Lagi pula, kebebasan berekspresi dapat ditunjukkan dengan mengunggah foto atau menulis status tentang pemikiran-pemikiran kita, tidak mesti melulu materi atau momen-momen yang dianggap eksklusif dan tidak semua orang dapat mengalaminya. Orang akan dapat menilai diri kita secara objektif berdasarkan unggahan atau status kita. Semakin alami yang kita tunjukkan di media sosial, semakin alami pula penilaian orang lain terhadap kita.


3. Kecenderungan untuk menerima informasi mentah-mentah

Kita harus menyadari bahwa kita hidup di zaman arus informasi yang tidak terbendung. Dengan media sosial, kita dapat menerima berbagai informasi tanpa kita kehendaki sebelumnya. Hanya saja, tak jarang informasi-informasi tersebut tidak jelas sumbernya, telah ditambah atau dikurangi sebelumnya, serta dapat membuat penerimanya untuk mempercayainya tanpa menelusuri kebenarannya. Kita tentu sering menerima banyak informasi berupa pesan siaran (broadcast message) di media sosial kita yang bersifat subjektif dan sangat meyakinkan sehingga membuat kita mempercayainya mentah-mentah.

Informasi di sini tidak mesti berupa teks, dapat juga berupa foto, video, dan sebagainya. Teks, video, dan foto tersebut dapat disunting atau dipilah sebelumnya sehingga hanya menyampaikan informasi sesuai yang diinginkan pembuatnya. Hal tersebut akan semakin mudah dilakukan dengan banyaknya aplikasi dan gawai (gadget) yang memungkinkan hal tersebut dilakukan. Kita hanya dapat menerima informasi yang sudah disunting tersebut. Sayangnya, banyak orang yang belum tergerak untuk mengecek kebenaran informasi yang diperoleh. Padahal, apabila hal tersebut dilakukan, tentu kita akan punya sudut pandang yang lain terhadap hal yang disampaikan dalam informasi tersebut. Sebagai contoh, lihatlah foto di bawah ini.

Sumber: http://static.boredpanda.com/blog/wp-content/uploads/2015/09/broken-india-instagram-cropped-limitless-5.jpg

Dengan teknik pemotongan gambar yang tepat (cropping), sebuah foto yang terlihat indah bisa dihasilkan dalam sebuah situasi yang tidak indah. Foto tersebut lalu dapat diunggah ke media sosial dan dengan berkata "Voila!", seluruh dunia akan percaya dengan yang ditampilkan oleh foto tersebut. Barangkali, hanya sedikit orang yang mencari kebenaran atas foto tersebut (foto di atas berasal dari artikel ini dan ada pula artikel sejenis dari situs yang sama).

Jadi, apa yang kita bisa lakukan? Tidak ada cara lain selain banyak-banyak mencari informasi untuk memperluas sudut pandang kita terhadap suatu hal yang diperbincangkan. Kita tidak boleh hanya berpaku pada satu sumber informasi saja. Dengan membaca banyak informasi tentang suatu hal, kita akan dapat semakin objektif dalam memandang suatu hal. Sehingga, ketika kita mesti berpendapat atau ditanyai pendapat tentang hal tersebut, kita akan dapat memberikan jawaban secara jujur, objektif, dan berimbang. Ya, dengan semakin mudahnya akses terhadap informasi, seharusnya kita semakin banyak mencari tahu, bukan hanya mencari tahu dari satu sumber semata, lebih-lebih kalau satu sumber tersebut adalah media sosial yang mudah disusupi informasi sesat dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Nah, demikian itulah tiga hal yang harus kita perhatikan di media sosial. Cara terbaik menanggulangi hal-hal tersebut adalah dengan beretika di media sosial sesuai dengan etika di dunia nyata dan membuat media sosial kita sealami dan senormal mungkin sehingga tidak mengundang orang untuk asal berkomentar. Ini harus dipraktikkan oleh seluruh pengguna media sosial agar tercipta lingkungan media sosial sebagai bagian dari dunia maya yang aman dan nyaman untuk hidup di dalamnya, sebagaimana kita berusaha menjadikan rumah kita dan lingkungan sekitar rumah aman dan nyaman untuk dihuni.


Wassalamualaikum...

Bekasi, 10 Agustus 2016

Komentar

  1. Casino in San Francisco? Review of a Casino in San Francisco
    The 해외사이트 casino is a great way to get an inside look at things to do bet365 가상 축구 at the golden star site. It 슬롯 머신 사이트 is very easy to find a location for a gambling 실시간 배팅 사이트 event or any

    BalasHapus

Posting Komentar