Why Do We Still Compare?

Assalamualaikum...

Sore semua. Tepat sebulan setelah tulisan terakhir di blog ini, kali ini ada sebuah tulisan baru. Bersiaplah kalian semua... (haha)

Tulisan kali ini berasal dari pemikiran tentang dua insan industri musik Tanah Air yang untuk ke sekian kali harus mengalami pembandingan. Sayangnya, mereka (atau salah satunya) tentu tidak menginginkan pembandingan tersebut. Medialah yang melakukannya, salah satunya seperti yang dilakukan oleh media yang menulis artikel ini (artikel lebih lengkap dapat dibaca di sini).

Sumber: Dokumen pribadi 

Ya, dua insan yang dimaksud adalah Raisa dan Isyana Sarasvati. Sebelumnya, mereka sudah sering diperbandingkan oleh media-media lain dan mengundang perbincangan banyak orang (terutama netizen). Karena itulah, kontan saja artikel tersebut menuai banyak komentar. Bayangkan saja, sampai kemarin sore, komentar terhadap artikel tersebut mencapai 2800-an komentar! Ini artinya, media tersebut telah berhasil menggiring netizen untuk mengomentari dua orang yang jelas-jelas berbeda.

Sumber: Dokumen pribadi

Apa? Jelas-jelas berbeda? Ya iyalah, Isyana dan Raisa jelas-jelas berbeda. Mereka berbeda terutama dari segi musikalitas. Raisa adalah penyanyi yang jelas-jelas menyanyikan lagu saja tanpa menyertakan alat musik, sedangkan Isyana adalah musisi yang dapat memainkan beberapa alat musik sekaligus bernyanyi. Tengoklah juga karya-karya mereka. Karya-karya Raisa berkisar pada genre musik pop dan jazz, sedangkan karya-karya Isyana berkisar pada genre musik pop, soul dan R n B.

Mereka juga berbeda dari segi penampilan dan pembawaan. Anda dapat setuju dengan saya bahwa Raisa adalah tipe orang yang sudah punya "standar tinggi" dalam penampilan. Sebaliknya, Isyana lebih sering tampil santai dan tidak ribet dalam berpenampilan. Anda juga mungkin setuju dengan saya bahwa Raisa ingin tampil elegan dan berkelas, sedangkan Isyana ingin terlihat lebih "lepas" dan tanpa beban.

Jadi, setelah kita mengetahui mereka berbeda dalam banyak hal (saya hanya membahas tiga hal, yaitu musikalitas, penampilan, dan pembawaan), untuk apa kita membahas perbandingan mereka hanya dari satu sisi, yaitu gaya? Jujur saja, saya kurang setuju dengan hal ini karena dengan begini, pembahasan yang dilakukan akan cenderung tendensius. Ternyata hal itu terbukti. Bacalah artikel tersebut dan Anda akan mendapati penulis cenderung memihak kepada Isyana. Saya tidak mengatakan bahwa penulis adalah penggemar Isyana atau berusaha mengangkat Isyana. Saya menggemari Isyana, bukan karena perbedaan gayanya dengan penyanyi lain namun karena banyak hal lain yang menurut saya positif darinya.

Menurut saya, apabila kita ingin membahas seseorang, bahaslah kelebihan dan kekurangannya secara individual dan objektif. Dari situ, kita akan dapat belajar dan memahami hal-hal yang dialami orang lain (memosisikan diri kita pada posisi orang lain). Banyak orang beranggapan bahwa menjadi orang terkenal seperti artis, penyanyi, atau pemain film itu menyenangkan. Orang-orang itu tidak tahu bahwa orang-orang terkenal itu juga mengalami banyak lika-liku kehidupan, terutama ketika mereka diperbandingkan dengan orang lain.

Setiap orang adalah unik. Tidak ada dua orang atau lebih di dunia ini yang memiliki karakter yang benar-benar sama persis. Oleh karena itulah, Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan, agar manusia dapat saling mengenal dan melengkapi satu sama lain. Kelebihan dan kekurangan antarmanusia bukanlah pemisah, melainkan pemersatu dan perekat hubungan antarmanusia. Oleh karena itu, daripada membahas perbandingan antara dua orang yang dapat memecah belah hubungan antarmanusia, lebih baik membahas usaha-usaha untuk merekatkan hubungan antarmanusia melalui dua orang tersebut, seperti mengadakan konser amal bersama.

Usaha-usaha pembandingan yang dilakukan media tentu tidak akan ada habisnya. Media tentu mencari orang baru yang dapat dibanding-bandingkan dengan orang yang sudah terkenal sebelumnya. Isyana adalah wajah baru dalam industri musik Tanah Air yang sedang menanjak popularitasnya, sehingga media merasa perlu untuk membandingkannya dengan wajah lain dalam industri musik yang sudah lebih terkenal sebelumnya. Majulah nama Raisa yang sudah lebih dulu di industri musik, sama-sama penyanyi solo wanita, dan relatif lebih dikenal daripada penyanyi solo wanita lainnya. Selanjutnya, usaha-usaha pembandingan tersebut dapat tidak akan berhenti selama salah satunya atau keduanya berhenti dari industri musik atau muncul wajah-wajah baru yang menggantikan mereka berdua.

Adanya artikel di atas semakin mempertegas perbedaan di antara mereka berdua. Para netizen yang berkomentar harusnya menyadari bahwa tidak ada gunanya membahas perbedaan mereka berdua lebih lanjut. Jadi, apabila ada artikel semacam ini di masa yang akan datang, seharusnya komentar yang diberikan semakin sedikit. Apalagi, artikel semacam ini berpotensi memecah belah masyarakat. Media tentu tidak mau tahu-menahu potensi semacam itu. Bagi mereka, urusan mereka adalah menghasilkan artikel yang dapat mengundang komentar banyak orang sehingga nama media tersebut akan semakin menjual secara komersial.

Lebih lanjut, saya tidak setuju bahwa artikel di atas disebut berita. Berita adalah sesuatu yang dapat memberikan suatu hal yang baru bagi yang melihatnya. Apakah artikel di atas memberikan suatu hal yang baru? Menurut saya, orang-orang harusnya sudah tahu dari foto-foto yang Isyana dan Raisa unggah di akun Instagram mereka masing-masing (berdasarkan pengikut akun Instagram mereka masing-masing yang sudah mencapai jutaan pengikut). Apalagi, artikel tersebut sepenuhnya bersumber dari foto-foto unggahan Isyana dan Raisa di Instagram. Kemudian, berita harus memenuhi kaidah 5W1H. Apakah artikel tersebut memenuhi kaidah tersebut? Yah, kita harus sadar bahwa kita hidup di era berita tidak harus memenuhi kaidah 5W1H. Hal itu terjadi karena berita saat ini banyak dilihat orang dari gawai (gadget) yang memaksa para pembuat berita harus menerbitkan berita-berita yang sepotong-sepotong dan tidak lengkap. Lama-lama, berita yang tidak lengkap tadi melebar menjadi artikel "berita" yang tidak mengandung informasi yang baru, tetapi hanya menyadur informasi dari sumber lain karena kemudahan teknologi. Informasi dari sumber lain tadi diolah menjadi artikel "berita" yang dapat mengundang komentar banyak orang dan dengan berkata "voila!", jadilah artikel "berita" tersebut.

Terakhir, menurut saya, alangkah baiknya apabila berita yang diangkat adalah prestasi yang diperoleh Isyana atau Raisa. Hal itu tentu membuat mereka berdua akan termotivasi untuk memperoleh lebih banyak prestasi karena untuk meraih prestasi, mereka tentu butuh dukungan dari publik. Dukungan publik hanya dapat diperoleh apabila mereka berlomba-lomba menghasilkan karya yang baik. Jadi, pada akhirnya, berita seputar mereka hanya tentang karya, prestasi, kepribadian yang baik, dan hal-hal lain yang baik dan tidak memecah belah masyarakat. Untuk itu, tentu perlu kesadaran media dan artis (Isyana dan Raisa) untuk tetap berada pada jalur mereka masing-masing, yaitu media sebagai pemberi informasi yang baik dan artis sebagai penghasil karya seni yang baik.

So, are we gonna still compare?

Wassalamualaikum...

Bekasi, 2 Agustus 2016

Komentar